Onlenpedia.com | Usaha yang menjanjikan keuntungan yang mengagumkan dan konsisten merupakan perjuangan yang diidam-idamkan banyak orang. Hanya saja, ada masa di mana suatu perjuangan tidak akan menjanjikan lagi alasannya sesuatu hal.
Lantas, apa yang menyebabkan suatu perjuangan menjadi tidak menjanjikan lagi?
Jawabannya, mampu dilihat pada 3 penyebab di bawah ini!
1. Kompetitor / pesaing yang terus bertambah
Semakin menjanjikan suatu usaha, maka ada faktor eksternal yang membuat perjuangan tersebut menjadi tidak menjanjikan lagi, yaitu bertambahnya pesaing / kompetitor. Karena perjuangan tersebut menjanjikan, maka hal itu menjadi 'magnet' tersendiri bagi banyak orang untuk menjalankan perjuangan yang sama.
Dengan semakin banyaknya kompetitor, maka berefek pada omset yang akan semakin 'terbagi'. Selain 'rezeki yang terbagi', persaingan juga mampu menjadikan turunnya harga pasar yang mampu saja sangat ekstrim. Apabila hal ini benar-benar terjadi, maka keuntungan per penjualan yang sukses akan semakin sedikit -- lantaran harga jual yang teramat rendah.
2. Menurunnya kualitas produk
Kalau poin pertama dikarenakan faktor eksternal, maka poin kedua ini dikarenakan faktor internal dari anda sendiri.
Seiring waktu berjalan, entah alasannya jenuh dan bosan -- mampu saja produk / jasa yang anda jual menurun kualitasnya. Hal inilah yang mampu dimanfaatkan kompetitor yang terus menjaga atau bahkan meningkatkan kualitas produk / jasa yang mereka jual.
Apabila hal ini terus terjadi dan anda mengabaikannya, maka siap-siap anda akan ditinggalkan pelanggan anda, dan risikonya mereka 'berlabuh' pada kompetitor anda. Alhasil, perjuangan yang awalnya menjanjikan -- berubah 180 derajat menjadi tak menjanjikan lantaran kesalahan anda sendiri.
3. Si pebisnis terlalu cepat puas (malas berinovasi dan berekspansi)
Senada dengan poin kedua, poin ketiga ini juga merupakan faktor internal dari anda sendiri. Ketika anda berada 'di atas angin' berkat perjuangan anda yang menjanjikan, janganlah cepat puas dengan pencapaian yang anda dapat. Apabila anda merasa puas, maka anda akan jumawa dan malas untuk berinovasi + berekspansi. Apabila anda mengabaikan inovasi dan ekspansi, maka siap-siap urusan ekonomi anda akan dilampaui kompetitor anda.
Hal itu pula yang menimpa Nokia yang terlalu jumawa dan meremehkan kompetitornya, dan malas berinovasi. Mereka merasa di atas angin dan yakin kalau kesuksesan yang mereka capai akan 'abadi'. Hasilnya, merk yang selama ini mereka remehkan (Samsung), risikonya kini jauh melampaui mereka.
Baca juga:
Selama kita hidup di dunia, tidak ada yang namanya perjuangan yang menjanjikan keuntungan selama-lamanya.
Hidup itu ibarat roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah. Kesalahan fatal yang kita lakukan yaitu dikala berada di atas, kita menjadi sombong, jumawa, gaya hidup boros, meremehkan orang lain, dan tidak memikirkan kemungkinan terburuk yakni kebangkrutan. Seandainya selagi di atas kita tetap rendah hati, maka dikala jatuh -- kita sudah siap dengan kehidupan yang berubah drastis. Apalagi kalau kita terbiasa hidup sederhana dan bergaya hidup hemat, maka dikala terpuruk -- kita masih mampu hidup dengan seadanya dan memanfaatkan sisa uang yang ada.
Hidup itu ibarat roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah. Kesalahan fatal yang kita lakukan yaitu dikala berada di atas, kita menjadi sombong, jumawa, gaya hidup boros, meremehkan orang lain, dan tidak memikirkan kemungkinan terburuk yakni kebangkrutan. Seandainya selagi di atas kita tetap rendah hati, maka dikala jatuh -- kita sudah siap dengan kehidupan yang berubah drastis. Apalagi kalau kita terbiasa hidup sederhana dan bergaya hidup hemat, maka dikala terpuruk -- kita masih mampu hidup dengan seadanya dan memanfaatkan sisa uang yang ada.
Maka dari itu, dikala urusan ekonomi anda sedang bagus, lakukanlah inovasi dan ekspansi, dan jagalah gaya hidup anda semoga tetap sederhana dan hemat. Niscaya, kekayaan anda akan tetap terjaga berkat kebiasaan kasatmata tersebut, dan meskipun jatuh -- anda tidak akan terlalu terpuruk.
Semoga bermanfaat!
Comments
Post a Comment