Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini ranah digital semakin mendominasi kehidupan. Banyak hal yang dilakukan orang-orang melalui internet, menyerupai berinteraksi lewat media umum dan media chatting, bermain game, sampai belanja dan pesan tiket secara online. Dari situlah banyak pebisnis yang mulai 'menjamah' ranah digital, dan mulai berefek pada 'eksistensi' pebisnis konvensional.
Kemajuan masa digital, bagaimana nasib para pebisnis konvensional?
'Era konvensional' memunculkan banyak pebisnis yang menguasai pasar pada bidang masing-masing. Sebut saja biro travel, perusahaan koran, grup taxi, dan lainnya.
Namun seiring waktu berjalan, saat masa digital menyentuh segala sendi kehidupan -- maka keberadaan perusahaan travel, koran, dan taksi konvensional mulai terancam. Tiga pola bidang tersebut gres sebagian kecil, masih ada bidang lainnya yang juga mulai 'terancam' akan keberadaan urusan ekonomi digital.
Ketika ada portal berita, situs pemesanan tiket online, dan startup transportasi on demand marak bermunculan -- maka sangat mensugesti 'omset' dari perusahaan koran, travel, dan taksi konvensional. Bagaimana tidak, dengan keberadaan portal gosip online, orang-orang tidak perlu lagi 'bayar' untuk membeli koran. Kemudian dengan adanya situs pemesanan tiket online, orang-orang tak perlu capek pergi ke kantor travel konvensional -- tinggal pesan tiket via gadget dari rumah ataupun kantor. Selanjutnya, dengan adanya situs transportasi on demand -- harga yang ditawarkan sangat murah dan mampu 'membunuh' taksi konvensional yang tarifnya sangat mahal. Tidak heran, bila banyak karyawan perusahaan taksi yang melaksanakan demo anti transportasi online. Hal itu dikarenakan posisi mereka sedang terancam oleh adanya layanan transportasi online. Mereka pun melaksanakan perlawanaan dengan cara-cara yang tidak seharusnya dilakukan, yakni mengarah ke anarkisme.
Lebih baik 'melawan' atau 'menyesuaikan diri'?
Kemajuan masa digital memang sulit untuk dibendung. Ada pihak yang jeli dan menemukan peluang urusan ekonomi gres di dunia internet, dan mereka melaksanakan 'langkah yang tepat'. Sebaliknya, ada pebisnis online yang 'kolot' dan tak menyadari 'perubahan jaman', maka keberadaan mereka bakal 'terancam'. Mereka pun melaksanakan cara instan, yakni dengan berdemo dan anarkisme -- sepertti yang dilakukan ojek / taksi konvensional terhadap armada transportasi online.
Akankah cara tersebut (anarkisme) bakal sukses mencapai tujuan mereka?
Jawabannya ialah MUSTAHIL!
Baca juga:
Ketahuilah, kekerasan bukanlah jalan untuk menerima keberhasilan. Sebaliknya, kekerasan justru akan menghancurkan urusan ekonomi itu sendiri.
Orang-orang akan semakin 'benci' dengan transportasi konvensional, sudah harganya mahal -- suka anarkis pula. Sebaliknya, orang-orang akan semakin cinta dengan layanan transportasi online, dalam hal ini alasannya ialah harga murah dan layanan yang memuaskan -- dan telah menjadi korban kekerasan.
Orang-orang akan semakin 'benci' dengan transportasi konvensional, sudah harganya mahal -- suka anarkis pula. Sebaliknya, orang-orang akan semakin cinta dengan layanan transportasi online, dalam hal ini alasannya ialah harga murah dan layanan yang memuaskan -- dan telah menjadi korban kekerasan.
Jadi, dapat simpulkan bila kekerasan ialah bentuk kesia-siaan dan buang-buang energi yang justru akan menghancurkan urusan ekonomi tersebut. Alangkah baiknya biar bos dari pemilik perjuangan konvensional tersebut 'menyesuaikan diri' dengan perkembangan dunia digital. Caranya yakni dengan 'ikut serta' melaksanakan inovasi secara digital, mengikuti perkembangan pasar, serta melihat akan kebutuhan masyarakat. Kalau masih 'buta' akan dunia digital, mereka mampu melaksanakan 'opsi kedua', yakni berkolaborasi dengan para pegiat industri digital, biar urusan ekonomi mereka mampu go digital. Intinya, JANGAN MELAWAN, TAPI COBALAH UNTUK MENYESUAIKAN DIRI!
Baca juga:
Itulah ia sedikit opini dari saya mengenai kemajuan masa digital, dampaknya bagi para pebisnis konvensional, serta langkah yang harus diambil para pebisnis konvensional biar mampu bertahan. Semoga goresan pena 'ala kadar'nya ini mampu menunjukkan pandangan gres bagi anda yang menekuni urusan ekonomi konvensional, namun masih belum 'melek' digital.
Ditulis oleh: Fahrurraji
Facebook: Facebook.com/ajie.dfabregas
Situs: www.klikbanjar.com.
Comments
Post a Comment